TfCpTfA9GfMpTfG9GSYiGUdoBA==

Dikotomi Hindu India dan Hindu Bali Menurut Putu Agus Yudiawan


KLUNGKUNG, Radarnet.co.id |

Ada hal fundamental setelah membaca berita pagi, saat Made Mangku Pastika mendapat gelar Doktor Agama di Universitas Hindu Negeri Sugriwa. Pasalnya, Made Mangku Pastika mendapatkan sanjungan dari Rektor dan beberapa intelektual Bali.


Salah satu tokoh Bali, Putu Agus Yudiawan SH., menanggapi gelar Doktor Agama di Universitas Hindu Negeri Sugriwa yang diraih Mangku Pastika. 


Bahkan, pihaknya  menyayangkan keberadaan aliran sampradaya di Bali yang hingga sampai saat ini masih eksis, yang sebenarnya sudah dilarang oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali


Ironisnya, Mangku Pastika menilai, narasi dikotomis yang terus berkembang antara ajaran Hindu Lokal dan yang disebut sebagai Sampradaya Asing, menurut Litu sapaan akrabnya, tak hanya merusak harmoni internal umat Hindu, namun juga berpotensi merusak citra agama Hindu sebagai agama yang damai, toleran dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di mata nasional serta dunia internasional.


Lebih lanjut, katanya fundamental terletak pada  pernyataan Mangku Pastika yang seolah-olah bahwa kisruh terjadi antara Sampradaya versus Ajaran Bali yang menyebabkan polarisasi di masyarakat tensinya  memanas. 


Bahkan sampai pecahnya PHDI Parisada Hindu Dharma Indonesia yang merupakan organisasi keagamaan tertinggi di Bali, menjadi 2 kelompok bukan, karena atas kebijakannya.


Terlebih lagi, saat menjabat sebagai Gubernur Bali, ia memberikan karpet merah dan keleluasaan pada ajaran Sampradaya Asing dengan konsep teologi yang sangat berbeda masuk ke Bali. 


Menurutnya, mereka kaum Sampradaya menkonversi masyarakat Bali, yang sudah memiliki keyakinan dari ribuan tahun lalu kemudian ditata apik oleh Mpu Kuturan dan kemudian dilanjutkan oleh para  Rsi/Mpu lainnya, yang hakekat ajaran Bali dari dahulu hingga sekarang tetap sama dan terjaga kemurniannya.


Kembali Putu Agus memaparkan, seiring dengan waktu, kaum Sampradaya semakin masif menyebarkan ajarannya dengan merekonstruksi bahkan medekonstruksi "tata titi" atau "aci-acian" yang sudah ada sejak ribuan tahun dengan dalih sesuai ajaran Weda dan Hindu. 


"Hindu India dengan berbagai sektenya dibandingkan Gama Bali bagai air dan minyak satupun tidak ada yang sama, walaupun sama sama merujuk pada Weda," terang Putu Agus.


Gerakan mereka untuk memaksakan sama, yang berbeda mampu mempengaruhi sebagian para intelektual agama, rohaniawan, politisi, birokrat boleh dikatakan sukses. 


"Bhakta Sampradaya banyak duduk sebagai Petinggi PHDI dan bahkan sempat salah satu Bhakta Hare Krishna, Iskcon menjadi Dirjen Bimas Hindu dan Buddha," kata Litu Warih Mula Keto.


Kembali Putu Agus menguraikan, gerakan masif kaum Sampradaya, yang dianggap  masuk ke ritual dan merusak tata titi atau aci acian Bali, hal inilah yang memicu perlawanan "Nak Bali" atas strategi & propaganda mereka.


 Ironisnya, Mangku  Pastika justru menjadi pendukung Sampradaya dengan dalih Hindu Universal dan anti gugon tuwon terbukti memberikan Hare Krishna, Iskcon melaksanakan ritual di Kantor Gubernur Bali. Bahkan, ia sempet mempromosikan Bhagawad Gita versi Hare Krishna, Iskcon. 


Menurutnya, begitu banyak Ashram berdiri saat itu, begitu juga banyaknya  Yayasan Pendidikan Sampradaya dari sekolah PAUD, SD, SMP, SMA yang berpotensi mencetak generasi Bhakta-Bhakta Sampradaya di masa mendatang.


Seyogyanya, Mangku Pastika seharusnya menyadari bahwa setiap benda asing yang dimasukkan ke dalam tubuh akan ditolak oleh tubuhnya sendiri dengan berbagai cara. "Itu bisa lewat melalui pencernaan terganggu yang mengakibatkan demam, pilek dan gangguan kesehatan lainnya," tegas Litu.


Demikian hal yang sama, bisa juga terjadi, jika seseorang membawa ajaran spiritual atau budaya dari luar yang terlalu asing bagi sebuah tempat, dalam sejarah panjang tempat itu. Hal itu dapat menciptakan ketidakseimbangan tertentu di tempat tersebut. 


Lebih lanjut, Putu Agus memaparkan, sekarang kita lihat Bali seperti apa ? banyak kejadian hal tidak masuk akal di Bali sejak tahun 1999  bersamaan dengan dikenalkan  ritual Agni Hotra oleh VPA (Veda Poshana Ashram) seperti ; Bom 2 kali bahkan 3 kali hanya ledakannya kecil, kejahatan merajalela, bencana alam silih berganti dan Gunung Agung hampir meletus, banyak Pura kehilangan Pratima, banyak Pura terbakar, bunuh diri paling tinggi prosentasenya, Candi Bentar 7 pura besar, termasuk Pura Besakih gelungnya disambar petir dan sampai hari inipun banyak kejadian tidak masuk akal terjadi atau Bali memang sedang tidak baik baik saja.


"Apakah itu semua tidak cihne cihne atau tanda tanda yang diberikan oleh Ida Bhatara Sesuhunan Sejebag Bali bahwa ada yang salah pelaksanaan yadnya kita ? atau cihne bahwa Bali harus dikembalikan segala tata titi atau aci-aciannya," urainya. 


"Terakhir, pertanyaan sederhana, jadi siapa yang menyebabkan dikotomi hindu india dengan ajaran Bali yang dikenal dengan hindu Bali," ungkapnya. 


Jika jujur, Putu Agus  mengatakan bahwa Mangku Pastika adalah salah satu penyebab dari kisruh antara Sampradaya dengan ajaran Bali yang terjadi hari ini," tambah Putu Agus Yudiawan SH.,®Warih Mula Keto.

(red/tim).

Komentar0

Type above and press Enter to search.